Cerita relawan menginjakkan kaki di somlia

Somalia, suatu negara yang telah hancur oleh perang saudara, dimana pemerintah tidak dapat menangani keadaan yang selama lebih dar 20 tahun terus menerus bergolak. Pemerintah Somalia seperti kehilangan kekuasaan atas sebagian besar negara, walapun African Union, PBB, dan negara2 lain membantu sepertinya tak berdaya. Membuat ibu kota Mogaadishu menjadi daerah yang sangat berbahaya di dunia.

Mendarat dengan siaga satu karena Airport Aden Adde International sangat rawan sekali. Setelah beberapa jam terbang dari Jeddah, akhirnya tiba juga. Kelihatannya pasukan Africa Union Mission for Somalia bersiaga penuh. Airport yang di bangun oleh Italia di tahun 1940an terlihat begitu menyedihkan sekali keadaannya, walaupun katanya sudah di renovasi. Terlihat pasukan dari Uganda begitu tegang memandang kedatangan kami.

Beberapa dari tentara2 bayaran yang sekarang disebut sekuriti service telah tiba juga, mereka sedang menurunkan segala peralatan2 yang di butuhkan untuk misi yang terbaru.

Sekelompok dari UNHCR menyambut dan memberikan kesempatan untuk debriefing mengenai situasi yang terkini di Mogadishu dan sekitarnya. Beberapa jurnalis mencoba mengikuti briefing ini terpaksa di tolak. Karena situasinya yang sangat sensitif.

Menurut laporan yang ada dari UNHCR, kelaparan yang ada di Mogadishu, sangat parah lebih dari 600.000 anak2 yang sangat membutuhkan bantuan yang segera. Sedangkan keadaan di sini begitu rawan, bahkan pihak UNHCR tidak dapat mencapai banyak penduduk yang memerlukan, dikarenakan keamanan yang sangat tidak menentu terjadi, bahkan di airport baru2 ini saja ada pertikaian senjata dan bom bunuh diri.

Ibu2 dengan tabahnya membawa anak2nya ke kota Mogadishu, terlihat dari penuhnya satu2nya rumah sakit yang ada dengan para pengungsi dan anak2 yang membutuhkan pertolongan medikal, busung lapar, kolera, lalat berterbangan dimana2. dan mayat anak2 kecil masih tertutup kain mukena dan sarung. Karena mereka ditidak dapat ditolong, tidak memiliki uang sama sekali untuk menguburkan anak2 kesayangannya yang telah meninggal.

Dalam perjalanan ke pinggir kota sebelah barat daya, bertemu dengan salah satu ibu, yang tidak ingin memberikan namanya, menghampiri dan mengatakan dalam bahasa Somalia, ” Tolonglah kami, kami berjalan selama 17 hari dari kampung ke sini, hanya untuk meminta pertolongan agar anak kami yang satu ini, dapat diselamatkan. Di kampung kami, saya harus memilih mana yang dapat diselamatkan dan dibawa ke sini.

” Berapa yang di tinggalkan di kampung, bu?” bertanya.

” Empat anak, 10 tahun, 8 tahun, 7 tahun, dan 5 tahun, mereka sudah dalam keadaan sekarat, sewaktu saya. suami, ibu, bapak, anak saya ini serta saudara perempuan saya meninggalkan kampung.” ” Suami, ibu, bapak saya telah meninggal di tengah jalan menuju ke sini. Saya dan kakak saya yang akhirnya sampai.”

” Saya tidak perduli dengan keadaan saya dan kakak saya asal anak saya bisa di selamatkan, saya sudah kehilangan 4 anak saya, sangat sulit memilih mana yang harus diselamatkan. Allah Maha Besar, tolonglah kami.”

Dibalik kaca mata dengan genggaman tangan mengeras, hampir berlinang airmata. Memandang ibu dan kakaknya berdiri didepan kami, dengan tatapan yang penuh iba. Beliau berbisik dengan parau, “ALLAH Maha Besar, Allah Maha Besar, tolonglah kami.”

Setelah mengecheck seluruh bagaian tubuh ibu dan kakaknya serta bayi ini dengan teliti, diputuskan untuk menaikan ke becak untuk di bawa ke airport dimana tim medik sementara telah datang.

Dalam perjalanan ke airport, ibu dan kakaknya pingsan di becak. Membuat sedikit panik, karena tidak ingin mereka meninggal di kendaraan. Alhamdulilah dengan memberikan infus, dan air walhasil, si ibu akhirnya dengan lemahnya sadar kembali.

Teringat mungkin cerita disaat masih bayi, dimana ibu membela anak yang dikasihinya, dan berbuat extraordinary untuk menyelamatkan anak yang dikasihinya, tanpa menghiraukan keadaan dirinya sendiri.

Tak kuasa sedikit air mata menetes, saling pandang dengan sesama tukang becak. Terkaget melihat air mata jatuh tak terasa.

Betapa besarnya kasih ibu dan kakaknya ini, betapa memulianya hatinyanya. betapa luhurnya hati ibu ini.

Tidak ada kata2 yang dapat dilukiskan di sisa2 hidup seperti ini, menyaksikan betapa luhurnya seorang ibu. Maybe Destiny? Maybe balasan dari apa yang telah dilakukan di masa lalu? Maybe kesempatan untuk membayar kesalahan2 yang lalu? Maybe .. so many maybe.

Mendekati aiport terasa udara laut yang sepoi2, memandang waktu yang mendekati senja. Inikah Faith? Inikah kejadian spektakuler yang tidak dapat dilukiskan oleh kata2 semata, tetapi harus di alami dengan mata kepala sendiri?

Ego, sarkasme, kepentingan diri, misi, dan kesombongan terluntur. Bersyukur hati mengingat betapa ibu2 dengan begitu kasihnya membela demi anaknya. Bersyukur hati melihat setiap ibu2 yang ada dimana mereka berada yang membela dan menjaga anak2nya.

Jack Soetopo di Mogadishu, kota yang merubah dan menyayat hati siapapun yang menginjakan kakinya.
Oleh : Jack Soetopo